Minggu, 22 November 2015

Tempe goreng ber...???

Siapa yang tahu tempe goreng khas Bandung?...Siapa yang suka beli gorengan tempe itu sebagai oleh-oleh?...pasti ada yang pernah kan. Tempe goreng khas Bandung ini emang paling enak dimakan jadi temen makan sama nasi. Rasanya yang gurih dan renyah jadi makan tambah nikmat.

Lusa kemarin, ada tetangg kirim tempe goreng ke rumah. Katanya sebagai oleh-oleh. Siapa yang gak suka coba dikirim oleh-oleh apalagi itu gratis-tis-tis. Heuheu
Aku pun pengen nyoba tapi...eits...tiba-tiba apa yang terjadi ada yang melarangku untuk makan goreng tempe itu, katanya gorengan itu mengandung lilin karena kalo dibakar nyala apinya kaya lilin putih yang dinyalain kalo lampu mati. 
Masa sih, selama ini kalo beli oleh-oleh dari Bandung pasti tempe goreng gak pernah kelewat dari list oleh-oleh. Kalo nggak percaya, coba aja bakar, katanya. Timbul penasaran, aku coba membakarnya, dan eng-ing-eng...
apinya seperti api lilin dan semakin membesar. Woww...ko wow, aduuh. Setelah di lihat dari hasil pembakaran ternyata menghasilkan cairan seperti cairan lilin yang meleleh. Dikutip dari liputan6 news bahwa apabila gorengan yang sudah digoreng bercampur lilin atau plastik biasanya terbakar jika disulut dengan api. Selain menyala besar, akan ada tetesan-tetesan dari gorengan tersebut. Lelehan itulah yang merupakan  plastik atau lilin yang dicampurkanJadi, selama ini aku makan lilin dong. Ngeri bangett. Seperti yang diketahui 
bahan-bahan yang dicampurkan dalam gorengan itu untuk memberikan tekstur renyah pada tempe tersebut.

Sangat berbahaya jika goreng tempe yang mengandung lilin atau plastik itu termakan apalagi jika dikonsumsi terus-menerus sebagai teman makan.

Bukannya menuduh semua pedagang goreng tempe atau gorengan lainnya berbuat curang dengan menggorengnya menggunakan lilin atau plastik. Tapi mungkin ada juga pedagang baik lainnya yang tetap menjaga kualitas dan kesehatan konsumennya. Jadi, kita sebagai konsumen harus lebih berhati-hati lagi dalam membeli gorengan. Lebih bagus lagi jika kita membuat sendiri gorengannya di rumah. 

Cek berita selengkapnya di sini...Liputan6 news

Rabu, 18 November 2015

IBU

Ibu adalah sosok perempuan yang melahirkan kita, yang menyayangi dengan tulus apa pun kondisi kita. Sembilan bulan ibu mengandung dengan jerih payahnya menjaga dan merawat kita sewaktu di dalam kandungan. Dan ketika kita terlahir ke dunia, bahagianya seorang perempuan bisa menjadi seorang ibu. Suka cita pun tercipta tatkala si anak hadir di tengah-tengah keluarga. Dan seorang ibu pun pasti berharap anaknya tumbuh dengan baik dan dapat menjadi kebanggaan keluarga.


Sejatinya seorang ibu merawat dan membesarkan anaknya sendiri, agar kasih sayang sepenuhnya dapat dicurahkan dari ibu ke anaknya. Namun, di era emansipasi ini banyak kaum ibu yang tak sedikit menjadi wanita karir. Sehingga membutuhkan asisten untuk mengasuh sang anak yang otomatis mengurangi waktu ibu dengan anak. Apa lagi jika sang ibu terlalu lama dengan pekerjaannya, mungkin anak akan merasa kurang kasih sayang. 

Tak perlu jauh mencontohkan orang lain, ini mungkin terjadi padaku. Sebelum Mama bersatu dengan Bapa, Mama memang sudah menjadi seorang wanita karir yaitu menjadi seorang guru. Dari kecil aku terbiasa dengan pengasuh yang mengasuh dan menemani aku di kala mama sedang bekerja. Tak jarang ema sama abah (nenek & kakek) mengunjungi dan menemani aku. 

Aku pun beranjak memasuki usia SD. Ke dua orangtuaku, keduanya bekerja. Saat pagi mungkin orang tidak akan mendapati siapa-siapa di rumah karena penghuni rumah sedang dengan aktifitasnya masing-masing. Aku dan adikku sekolah, mama bekerja, dan bapa pun pergi kerja. Kami pun hanya bertemu sewaktu pekerjaan masing-masing telah usai. Aku ingat, ketika aku ada PR dari sekolah dan aku tidak mengerti pasti aku tanyakan pada orangtuaku. Tapi apa yang terjadi, aku tanya mama, katanya tanya pada bapa. Saling tunjuk sana sini, yang akhirnya sepintar-pintarnya aku saja mengerjakan sendiri. Mungkin mereka lelah...mmh...entahlah. Hal ini terjadi hingga aku SMP, SMA atau bahkan memasuki kuliah. Jika ada yang tidak aku mengerti dan aku tanyakan kepada ke dua orangtuaku, tanya saja bapa, tanya saja mama. Haduuuh...truss tanya siapa??? dan pada akhirnya pun sebisa mungkin aku kerjakan sendiri. 

Aku suka iri pada teman, kalau sepulang sekolah setiap hari mereka di rumah disambut oleh ibunya dan makan makan siang hasil masakan ibunya. Sedangkan aku tak jarang pulang mendapati ibu belum pulang juga, yang mengakibatkan aku dan adikku makan siang dengan makanan pagi, jika itu masih ada dan bersisa. 

Jarang sekali menemukan moment yang tepat bersama kedua orangtuaku apalagi mama. Pagi...sibuk semua, siang...sekolah agama...sore main sama teman. Dan malam...iya malam, hmm...cape cenah. Untuk sebuah keluarga liburan atau family time sangatlah penting karena itu bisa menjaga atau mengobati waktu yang kurang antara sesama keluarga. Tapi, mungkin di keluargaku liburan itu jarang. Nggak tahu tidak ada dananya atau mungkin mereka memang sibuk.

Sewaktu SMP atau SMA selalu terbersit dipikiranku, jika aku besar aku tidak ingin seperti mama yang menjadi guru, yang jarang punya waktu dengan anaknya. Aku juga merasa, adik bungsuku merasakan apa yang aku rasakan. Dari bayi dia dirawat nenek. 

Semakin aku bertambah besar, semakin kuat selalu terngiang dipikiranku aku tidak mau menjadi guru. Dalam pandanganku, dari kecil aku melihat mama yang notabene seorang guru TK, terlalu sibuk dengan pekerjaannya dan menyampingkan keluarganya. Mungkin jika mama me-manajemen waktunya dengan baik. Mungkin ini tidak akan terjadi.

Sedih campur bahagia rasanya melihat orang lain akrab dengan ibunya. Mungkin intensitas waktu mereka dengan ibunya lebih banyak dan lebih baik, suka ngiri jadinya. Sedangkan aku, aku rasa aku lebih akrab dengan bapa daripada mama. Kadang aku sungkan bercerita sama mama, aku lebih enak bercerita ke nenek atau bapa.

Bukan ingin menjelekkan atau menyalahkan mama, tapi...aku berharap hal ini tidak terjadi pada anak-anak lain di luar sana. Semoga kelak...aku bisa menjadi ibu yang baik untuk anak-anakku dan tentunya menjadi istri yang baik untuk suamiku. Aamiin...

I Love Mom...