Rabu, 18 November 2015

IBU

Ibu adalah sosok perempuan yang melahirkan kita, yang menyayangi dengan tulus apa pun kondisi kita. Sembilan bulan ibu mengandung dengan jerih payahnya menjaga dan merawat kita sewaktu di dalam kandungan. Dan ketika kita terlahir ke dunia, bahagianya seorang perempuan bisa menjadi seorang ibu. Suka cita pun tercipta tatkala si anak hadir di tengah-tengah keluarga. Dan seorang ibu pun pasti berharap anaknya tumbuh dengan baik dan dapat menjadi kebanggaan keluarga.


Sejatinya seorang ibu merawat dan membesarkan anaknya sendiri, agar kasih sayang sepenuhnya dapat dicurahkan dari ibu ke anaknya. Namun, di era emansipasi ini banyak kaum ibu yang tak sedikit menjadi wanita karir. Sehingga membutuhkan asisten untuk mengasuh sang anak yang otomatis mengurangi waktu ibu dengan anak. Apa lagi jika sang ibu terlalu lama dengan pekerjaannya, mungkin anak akan merasa kurang kasih sayang. 

Tak perlu jauh mencontohkan orang lain, ini mungkin terjadi padaku. Sebelum Mama bersatu dengan Bapa, Mama memang sudah menjadi seorang wanita karir yaitu menjadi seorang guru. Dari kecil aku terbiasa dengan pengasuh yang mengasuh dan menemani aku di kala mama sedang bekerja. Tak jarang ema sama abah (nenek & kakek) mengunjungi dan menemani aku. 

Aku pun beranjak memasuki usia SD. Ke dua orangtuaku, keduanya bekerja. Saat pagi mungkin orang tidak akan mendapati siapa-siapa di rumah karena penghuni rumah sedang dengan aktifitasnya masing-masing. Aku dan adikku sekolah, mama bekerja, dan bapa pun pergi kerja. Kami pun hanya bertemu sewaktu pekerjaan masing-masing telah usai. Aku ingat, ketika aku ada PR dari sekolah dan aku tidak mengerti pasti aku tanyakan pada orangtuaku. Tapi apa yang terjadi, aku tanya mama, katanya tanya pada bapa. Saling tunjuk sana sini, yang akhirnya sepintar-pintarnya aku saja mengerjakan sendiri. Mungkin mereka lelah...mmh...entahlah. Hal ini terjadi hingga aku SMP, SMA atau bahkan memasuki kuliah. Jika ada yang tidak aku mengerti dan aku tanyakan kepada ke dua orangtuaku, tanya saja bapa, tanya saja mama. Haduuuh...truss tanya siapa??? dan pada akhirnya pun sebisa mungkin aku kerjakan sendiri. 

Aku suka iri pada teman, kalau sepulang sekolah setiap hari mereka di rumah disambut oleh ibunya dan makan makan siang hasil masakan ibunya. Sedangkan aku tak jarang pulang mendapati ibu belum pulang juga, yang mengakibatkan aku dan adikku makan siang dengan makanan pagi, jika itu masih ada dan bersisa. 

Jarang sekali menemukan moment yang tepat bersama kedua orangtuaku apalagi mama. Pagi...sibuk semua, siang...sekolah agama...sore main sama teman. Dan malam...iya malam, hmm...cape cenah. Untuk sebuah keluarga liburan atau family time sangatlah penting karena itu bisa menjaga atau mengobati waktu yang kurang antara sesama keluarga. Tapi, mungkin di keluargaku liburan itu jarang. Nggak tahu tidak ada dananya atau mungkin mereka memang sibuk.

Sewaktu SMP atau SMA selalu terbersit dipikiranku, jika aku besar aku tidak ingin seperti mama yang menjadi guru, yang jarang punya waktu dengan anaknya. Aku juga merasa, adik bungsuku merasakan apa yang aku rasakan. Dari bayi dia dirawat nenek. 

Semakin aku bertambah besar, semakin kuat selalu terngiang dipikiranku aku tidak mau menjadi guru. Dalam pandanganku, dari kecil aku melihat mama yang notabene seorang guru TK, terlalu sibuk dengan pekerjaannya dan menyampingkan keluarganya. Mungkin jika mama me-manajemen waktunya dengan baik. Mungkin ini tidak akan terjadi.

Sedih campur bahagia rasanya melihat orang lain akrab dengan ibunya. Mungkin intensitas waktu mereka dengan ibunya lebih banyak dan lebih baik, suka ngiri jadinya. Sedangkan aku, aku rasa aku lebih akrab dengan bapa daripada mama. Kadang aku sungkan bercerita sama mama, aku lebih enak bercerita ke nenek atau bapa.

Bukan ingin menjelekkan atau menyalahkan mama, tapi...aku berharap hal ini tidak terjadi pada anak-anak lain di luar sana. Semoga kelak...aku bisa menjadi ibu yang baik untuk anak-anakku dan tentunya menjadi istri yang baik untuk suamiku. Aamiin...

I Love Mom...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar